« Home | Aliansi Jepang-Inggris pada Perang Jepang-Rusia 19... » | さくら(Sakura)森山直太郎(Moriyama Naotarou)Bagi anda yang ... » | Sejarah yang sama(sebuah perbandingan antara sejar... » | Celana Baggy Pekerja Bangunan JepangApabila anda s... » | Bunuh Diri dan SepatuSudah menjadi sebuah imaji ba... » | Jepang, Dunia Para ManulaMusim dingin pada awal ta... » | Kata tunjuk dalam bahasa JepangDalam setiap bahasa... »

MITOS ASAL USUL BANGSA JEPANG
(bagian 1)
PENDAHULUAN
Jepang merupakan negara kepulauan yang diperintah oleh seorang kaisar secara turun temurun. Meskipun dalam urusan pemerintahan ditangani oleh seorang Perdana Menteri, namun kaisar tetap dianggap sebagai penguasa tertinggi bangsa Jepang. Menurut mitos kaisar Jepang yang berkuasa hingga sekarang merupakan keturunan dewa matahari Ama-terasu-oo-mi-kami, maka segala pemujaan yang dilakukan oleh kaisar Jepang berkaitan dengan kepercayaan mereka yaitu Shintoo, dipusatkan pada dewa matahari Ama-terasu-oo-mi-kami (tentang Shintoo akan dipaparkan pada edisi berikutnya). Pemujaan terhadap dewa matahari Ama-terasu-oo-mi-kami ini bukan hanya dilakukan oleh keluarga kekaisaran saja, namun juga oleh seluruh bangsa Jepang.
Mitos bahwa kaisar Jepang merupakan keturunan dewa matahari Ama-terasu-oo-mi-kami itu terdapat dalam Kojiki yang mengemukakan cerita-cerita tentang penjadian alam dan para dewa. Mitos asal-usul terjadinya negara Jepang, silsilah dewa dan silsilah keluarga kaisar inilah yang akan saya tulis dalam paparan singkat ini.

PEMBAHASAN
Pada waktu terjadinya surga dan bumi, terdapat 3 dewa tunggal (dewa yang tidak mempunyai pasangan) yang dianggap sebagai dewa permulaan. Ada pun ketiga dewa tersebut adalah:
a. Ame-no-minaka-nushi-no-kami
b. Taka-mi-musuhi-no-kami
c. Kamu-musuhi-no-kami
Kemudian saat daratan yang masih baru menyerupai gumpalan minyak dan bertimbun menyerupai ubur-ubur, daratan ini mempunyai energi yang sangat besar. Dari energi tersebut menjelma dua dewa tunggal, yaitu:
a. Umashi-ashi-kabi-hiko-ji-no-kami
b. Ame-no-toko-tachi-no-kami
Setelah itu muncul 7 generasi dewa, yaitu:
a. Kuni-no-toko-tachi-no-kami
b. Toyo-kumo-no-no-kami
c. U-hiji-ni-no-kami dan istrinya Su-hiji-ni-no-kami
d. Tsuno-guhi-no-kami dan istrinya Iku-guhi-no-kami
e. Oho-to-no-ji-no-kami dan istrinya Oho-to-no-be-no-kami
f. Omo-daru-no-kami dan istrinya Aya-kasiko-ne-no-kami
g. Izanagi-no-kami dan istrinya Izanami-no-kami
Izanagi-no-kami
dan Izanami-no-kami yang lebih dikenal dengan nama Izanagi-no-mikoto dan Izanami-no-mikoto inilah yang kemudian melahirkan keturunan-keturunan yang menjadi nenek moyang kaisar Jepang.
Dewa-dewa surga kemudian memerintahkan Izanagi-no-mikoto dan Izanami-no-mikoto untuk menyempurnakan dan menjadikan keras penumpukan daratan yang masih menyerupai ubur-ubur. Sebagai alat untuk melaksanakan tugas mereka, maka dewa-dewa surga memberikan sebuah tombak pada Izanagi-no-mikoto dan Izanami-no-mikoto. Sebelum turun dari surga, Izanagi-no-mikoto dan Izanami-no-mikoto berdiri di jembatan gantung surga dan mengaduk-aduk daratan dengan tombak yang mereka terima dari dewa-dewa surga. Pada waktu mereka mengangkat tombak itu, dari ujung tombak menetes cairan. Semakin lama cairan yang menetes tersebut semakin banyak dan bertumpuk. Akhirnya tumpukan cairan itu menjadi suatu pulau yang disebut Onogoro shima.
Kemudian Izanagi-no-mikoto dan Izanami-no-mikoto turun ke Onogoro shima dan mendirikan sebuah pilar yang besar serta sebuah istana yang luas. Di pulau ini keduanya bermaksud untuk menciptakan kelahiran. Lalu Izanagi-no-mikoto dan Izanami-no-mikoto sepakat untuk menikah dan berjalan mengelilingi pilar besar itu. Maka mulailah mereka mengelilingi pilar tersebut. Izanagi-no-mikoto berjalan memutar dari kiri ke kanan. Sedangkan Izanami-no-mikoto berjalan memutar dari arah yang berlawanan, yaitu dari kanan ke kiri. Pada waktu keduanya bertemu Izanami-no-mikoto terlebih dahulu berseru memuji ketampanan Izanagi-no-mikoto. Setelah itu barulah Izanagi-no-mikoto yang berseru memuji kecantikan Izanami-no-mikoto. Dari pernikahan Izanagi-no-mikoto dan Izanami-no-mikoto ini lahirlah seorang anak yang cacat, tidak bisa berjalan. Izanagi-no-mikoto dan Izanami-no-mikoto kemudian menghanyutkan anak yang cacat tersebut karena dianggap tidak baik. Kemudian Izanami-no-mikoto melahirkan sebuah pulau yang disebut Awa-shima. Meskipun terjadi dari pernikahan Izanagi-no-mikoto dan Izanami-no-mikoto anak yang dilahirkan cacat dan Awa-shima ini tidak diperhitungkan sebagai anak mereka karena dianggap tidak sempurna. Maka kemudian Izanagi-no-mikoto dan Izanami-no-mikoto kembali ke surga dan melaporkan hal tersebut kepada dewa-dewa surga.
Kemudian para dewa surga memberi petunjuk pada keduanya supaya laki-laki dahulu yang menyapa perempuan. Izanagi-no-mikoto dan Izanami-no-mikoto lalu kembali ke Onogoro shima dan berusaha melaksanakan petunjuk dari dewa-dewa surga. Izanagi-no-mikoto berjalan memutar dari kiri ke kanan dan Izanami-no-mikoto dari kanan ke kiri. Pada waktu bertemu Izanagi-no-mikoto menyapa terlebih dahulu. Setelah itu disusul Izanami-no-mikoto yang menyapa. Pertemuan mereka ini menghasilkan sebuah pulau yaitu Awaji-no-ho-no-sa-wake-no-shima. Pulau ini mulai diperhitungkan sebagai anak Izanagi-no-mikoto dan Izanami-no-mikoto.
Setelah menghasilkan pulau ini, berturut-turut Izanagi-no-mikoto dan Izanami-no-mikoto menghasilkan pulau-pulau lain yang dianggap sebagai keturunan mereka sebanyak 14 pulau, antara lain:
- Iyo-no-futa-na-no-shima
- Oo-yamato-toyo-aki-zu-shima
- Azuki-shima
Setelah menghasilkan pulau-pulau tersebut, barulah Izanami-no-mikoto melahirkan dewa-dewa. Sebelum Izanami-no-mikoto meninggal, ia telah melahirkan sebanyak 35 dewa. Dewa terakhir yang dilahirkan oleh Izanami-no-mikoto adalah Hi-no-kagu-tsuchi-no-kami (dewa api). Setelah melahirkan dewa ini alat kelamin Izanami-no-mikoto terbakar sehingga jatuh sakit. Akhirnya Izanami-no-mikoto meninggal dunia. Karena dianggap sebagai penyebab kematian Izanami-no-mikoto, maka Izanagi-no-mikoto memenggal kepala Hi-no-kagu-tsuchi-no-kami. Tetesan darah yang ada di ujung pedang kemudian menjelma menjadi dewa-dewa yang berjumlah 8 dewa. Bagian tubuh Hi-no-kagu-tsuchi-no-kami yang telah mati juga menjelma menjadi dewa-dewa sebanyak 8 dewa. Setelah itu Izanagi-no-mikoto menyusul istrinya ke Yomi-no-kuni yang merupakan tempat orang-orang yang telah mati. Akan tetapi saat ia melihat bagian tubuh istrinya yang banyak dimakan belatung-belatung, Izanagi-no-mikoto ketakutan, dan melarikan diri. (bersambung)
Tulisan ini merupakan karya dari Sri Oemiati, dosen sastra Jepang Universitas Dian Nuswantoro Semarang