« Home | Kata tunjuk dalam bahasa JepangDalam setiap bahasa... »


Jepang, Dunia Para Manula

Musim dingin pada awal tahun 2006 sangat berbeda dengan musim dingin di tahun-tahun sebelumnya. Di tahun ini banyak kecelakaan baik mobil maupun kereta yang disebabkan oleh lebatnya salju yang turun. Perjalanan melalui bis-bis malam dari Tokyo ke Osaka banyak yang dibatalkan secara mendadak karena keadaan yang tidak memungkinkan bis untuk melaju dengan baik.
Hujan salju yang tidak seperti biasanya ini juga menyebabkan lampu mati yang tentu saja merugikan banyak pihak. Tidak hanya perkantoran yang sempat terhenti aktifitasnya, tetapi juga perumahan. Ketika listrik tidak berfungsi, maka keadaan akan sangat mengenaskan karena orang Jepang banyak yang menggunakan alat pemanas listrik di musim dingin ini.
Sebuah berita yang sangat mengejutkan adalah tentang meninggalnya 95 orang akibat salju yang tersebar di beberapa daerah dan korban terbesar adalah sebuah daerah kecil di kota Niigata . Hujan salju yang dikatakan oleh para peneliti cuaca sebagai hujan salju besar ulangan 46 tahun silam ini memang sangat hebat, tetapi jumlah korban yang besar dan terpusat di daerah ini membuat pertanyaan besar, yaitu apakah hanya hujan salju saja penyebabnya? Ternyata menurut harian Asahi Shinbun edisi tanggal 11 januari 2006, bukan hanya salju yang lebat saja yang menjadi penyebab kematian banyak orang tersebut, tetapi jumlah manula atau orang yang berusia lebih dari 65 tahunlah yang menjadi penyebab lainnya. Jumlah manula yang begitu banyak dan jumlah pemuda yang sangat sedikit membuat kejadian tersebut tidaklah terelakkan.
Banyaknya jumlah manula di desa tersebut sebenarnya menjadi salah satu gambaran tentang kondisi Jepang dewasa ini. Jumlah manula meningkat dengan pesat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sekarang di dalam lima orang Jepang terdapat satu orang manula atau sekitar 20 persen dari 120 juta penduduk Jepang adalah manula. Besarnya jumlah manula ini membuat penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang penyebab besarnya jumlah manula, kegiatan apa sajakah yang dilakukan dan apa pengaruh yang ditimbulkan oleh fenomena ini mengingat usia manula adalah usia tidak produktif. Penulis dalam mengumpulkan data melalui koran, internet, juga mewawancarai dua orang Jepang.

Arti manula
Manula atau koureisha dalam bahasa Jepang secara arti kebahasaan adalah orang yang telah melampaui usia tertentu di mana usia tersebut tergolong usia lanjut. Dalam budaya Jepang usia lanjut adalah lebih 65 tahun sehingga penulis juga menggunakan standar tersebut dalam penyebutan manula di tulisan ini.

Faktor penyebab meningkatnya jumlah manula
Meningkatnya jumlah prosentase manula mempunyai dua penyebab yaitu sebab internal atau dari jumlah manula itu sendiri dan sebab eksternal, yaitu jumlah pembanding atau jumlah penduduk yang berusia di bawah 65 tahun.

a. Sebab internal
Meningkatnya teknologi ilmu kedokteran membuat angka rata-rata hidup orang Jepang meningkat. Banyak penyakit yang sebelumnya tidak bisa disembuhkan, menjadi bisa sehingga angka kematian dapat ditekan. Gaya hidup sehat orang Jepang yang terbiasa makan makanan bergizi tinggi dan berjalan kaki membuat mereka terjaga kesehatannya walaupun telah berusia lanjut. Angka rata-rata harapan hidup orang Jepang adalah 72 tahun untuk laki-laki dan 76 tahun untuk perempuan.

b. Sebab eksternal
Besarnya prosentase manula tidaklah terlepas dari menurunnya angka pembandingnya yaitu jumlah orang yang belum berusia 65 tahun. Menurunnya jumlah tersebut disebabkan karena menurunnya jumlah bayi yang lahir di akhir-akhir ini. Banyaknya orang Jepang yang tidak menikah juga menjadi salah satu penyebab menurunnya jumlah kelahiran. Meskipun menikah, banyak pasangan suami-istri yang memutuskan untuk mempunyai paling banyak dua orang saja atau malah memutuskan untuk tidak memiliki anak. Menurut sebuah penelitian yang diadakan oleh harian Asahi Shinbun, jumlah rata-rata kelahiran bayi pada tahun 1995 adalah 1,43. Artinya rata-rata sebuah keluarga Jepang memiliki tidak lebih dari dua orang anak . Ada banyak alasan mengapa keputusan untuk tidak mempunyai banyak anak. Alasan yang sering didengar adalah semakin sulitnya tingkat perekonomian Jepang, sehingga untuk membesarkan anak, menyekolahkan dengan layak sampai tingkat perguruan tinggi membutuhkan banyak biaya.

Kegiatan para manula
Ketika pertama kali menginjakkan kaki di Jepang pada bulan september tahun 2005, banyak hal yang membuat penulis terkejut. Salah satunya adalah banyaknya manula yang berada di tempat-tempat umum dan menikmati kegiatan dengan sesamanya. Penulis sering melihat para manula berada di taman, tempat perbelanjaan, festival, dsb.. Para manula juga sering penulis dapati menjadi seorang tenaga sukarelawan dalam kegiatan-kegiatan yang brsifat sosial.
Sebuah perbedaan mencolok terlihat antara manula di Indonesia dan manula di Jepang. Sebagaimana kita tahu bahwa aktifitas manula di Indonesia biasanya terpusat di rumah dan jarang dilakukan di luar rumah. Andaikatapun di luar, pastilah itu berhubungan dengan aktifitas keluarga atau aktifitas keagamaan.
Aktifitas manula di Jepang lebih bervariasi dan banyak yang dilakukan di luar. Selepas pensiun dari pekerjaannya, manula Jepang tidaklah terus tinggal dengan santai di rumah, tetapi banyak melakukan kegiatan yang bersifat hobi ataupun sosial di luar. Banyak orang Jepang yang ketika masa kuliah terlalu sibuk dengan pelajarannya, dan ketika waktu bekerja terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak ada waktu untuk melakukan hobinya. Keinginan sejak kecil untuk melakukan suatu aktifitas harus tertahan dalam waktu yang lama sampai ia benar-benar mempunyai waktu atau dalam hal ini dia telah pensiun dari pekerjaan rutinnya. Jadi tidaklah heran melihat orang Jepang yang telah pensiun memulai suatu hobi seperti main iceskate, musik, atau bahkan memasuki dunia perkuliahan lagi. Dari sini terlihat bahwa orang Jepang tidaklah mau berada di rumah saja selepas dia pensiun dari pekerjaannya.

Pengaruh meningkatnya prosentase manula
Sudah menjadi pemahaman bahwa manula adalah orang yang telah berusia lebih dari 65 tahun. Sebuah aturan yang diterapkan di perusahaan atau perkantoran baik instansi pemerintah maupun swasta tentang masa kerja adalah 55 tahun. Jika sudah melampaui usia tersebut maka seorang pekerja akan secara otomatis mengundurkan diri dari instansi tempat dia bekerja.
Semakin banyaknya pekerja yang pensiun dari pekerjaannya dan memasuki tingkat manula tentu saja akan membuat masalah bagi perusahaan secara khusus dan negara secara umum yaitu berkurangnya tenaga kerja. Terus bagaimana hal ini disikapi oleh manajemen perusahaan maupun pemerintah? Satu masalah lagi muncul adalah bagaimana para manula ini mengusahakan untuk mencukupi kebutuhan dirinya mengingat bahwa ia akan melewatkan masa yang panjang dalam keadaan tidak berpenghasilan?

Aturan masa kerja yang fleksibel
Untuk mensiasati kurangnya tenaga kerja, banyak perusahaan yang mulai melakukan pelebaran masa kerja baik awal maupun akhir. Awal dalam artian usia minimal bekerja dipermuda sehingga seorang yang masih muda yang sebelumnya belum boleh bekerja kini bisa bekerja di perusahaan dan akhir dalam artian apabila seseorang dirasakan masih bisa bermanfaat bagi perusahaan dan kinerjanya tidak terpengaruh usianya, maka atas permintaan perusahaan pegawai tersebut tetap bisa melanjutkan pekerjaannya di perusahaan.
Lembaga-lembaga sosial juga banyak menggunakan tenaga orang yang sudah pensiun untuk bekerja di berbagai bidang seperti menjadi pengajar bagi anak-anak ataupun yang mengajarkan bahasa maupun kebudayaan kepada orang asing di Jepang. Sebagai contoh di kota Saitama terdapat sebuah lembaga sosial yang bernama puratto saron. Lembaga ini banyak dimanfaatkan oleh orang asing yang berada di sekitar kota Saitama untuk belajar tentang bahasa maupun budaya. Pengajar di lembaga ini adalah tenaga sukarelawan yang kebanyakan adalah para manula. Walaupun manula, semangat mengajar dan berteman mereka sangatlah tinggi sehingga perasaan bahwa mereka adalah manula sedikit banyak berkurang.
Di lembaga yang sama, para manula juga banyak membuat kelompok yang bertujuan untuk melakukan sebuah hobi secara bersama-sama. Kelompok percakapan bahasa Inggris adalah salah satunya. Mereka setiap hari sabtu datang untuk bercakap-cakap dengan kelompoknya menggunakan bahasa inggris dan tak jarang menggunakan bahasa yang sama apabila melihat orang asing datang ke lembaga tersebut.
Banyak juga para manula yang bekerja sebagai tenaga sukarelawan di luar negeri. Mereka membantu negara-negara lain dalam bidang yang dikuasainya seperti pendidikan, kesehatan, kebudayaan dll.
Kehadiran para manula yang menjadi tenaga sukarelawan tentunya sangat membantu lembaga pemerintah dalam menjalankan fungsinya sebagai pelayan publik.

Asuransi pensiun
Pemerintah Jepang mewajibkan orang Jepang untuk mengikuti program asuransi yang akan menjamin keberlangsungan hidup orang Jepang jika dia pensiun dari kerjanya nanti. Adanya asuransi ini sangat membantu para manula untuk membiayai hidupnya sendiri tanpa tergantung pada orang lain. Besarnya asuransi bahkan bisa digunakan untuk membiayai kegiatannya seperti hobi atau bahkan bisa digunakan untuk bepergian ke luar negeri. Jadi walaupun sudah pensiun dan tidak mempunyai penghasilan seperti sebelumnya, para manula Jepang tetap dapat menjalani sisa hidupnya dengan nyaman.
Kesimpulan
Meningkatnya jumlah manula di Jepang dewasa ini masih bisa dianggap sebuah kewajaran dan tidaklah membawa pengaruh yang cukup besar terhadap negara. Akan tetapi melihat kecenderungan yang menunjukkan jumlah tersebut akan selalu naik, tentunya memaksa pemerintah Jepang untuk membuat sebuah strategi menanggulangi semua masalah yang timbul seiring dengan meningkatnya jumlah tersebut.

Daftar Pustaka
Kondou, Atsuko, Chuu-Joukyuu Nihongo kyoukasho, Nihon e no shoutai, University of Tokyo, 2001
Asahi Shinbun, 11 Januari 2006
http://www.daiwahouse.co.jp/business/silver/databox/03.html
http://www.koreisha.com/news.html
http.www.asahi.com