Tuesday, November 21, 2006


MITOS ASAL USUL BANGSA JEPANG
(bagian terakhir)
Maka setelah Oke-no-iha-su-wake-no-mikoto wafat digantikan oleh kakaknya yaitu Oke-no-mikoto.
Oke-no-mikoto
menikah dengan Kasuga-no-oho-iratsume dan memiliki anak bernama O-hatsune-no-waka-sazaki-no-mikoto. O-hatsune-no-waka-sazaki-no-mikoto tidak mempunyai anak. Setelah wafat, maka ditetapkanlah O-hodo-no-mikoto (cucu dari Homuda-wake-no-mikoto) sebagai penerus untuk memerintah kerajaan. O-hodo-no-mikoto menikah dengan Ta-shira-ka-no-mikoto dan memiliki anak bernama Ame-kuni-oshi-haruki-hiro-niha-no-mikoto. Ame-kuni-oshi-haruki-hiro-niha-no-mikoto kemudian menikah dengan Ishi-hime-no-mikoto dan memiliki anak bernama Nuna-kara-futo-tama-shiki-no-mikoto.

Setelah Nuna-kara-futo-tama-shiki-no-mikoto (kaisar Bitatsu) wafat, kekaisaran Jepang masih tetap berlangsung secara turun-temurun. Dia digantikan oleh Kaisar Yoomee. Kaisar Yoomee kemudian digantikan oleh Kaisar Sushun. Dengan wafatnya Kaisar Sushun maka kekaisaran Jepang diperintah oleh keturunannya yaitu Kaisar Suiko yang setelah wafat nantinya digantikan pula oleh keturunannya hingga kaisar Jepang yang sekarang yaitu Kaisar Akihito.

KESIMPULAN
Meskipun Kojiki adalah buku yang berisi mitos-mitos Jepang, mitos-mitos di beberapa bagian terakhir buku tersebut sedikit banyak mencerminkan fakta-fakta sejarah. Dalam Undang-Undang Dasar Jepang juga terdapat pasal yang menyatakan bahwa kaisar Jepang memang merupakan keturunan dari dewa matahari Ama-terasu-oo-mi-kami dan sebagai keturunan dewa matahari Ama-terasu-oo-mi-kami keluarga kekaisaran yang sekarang ini dipimpin Kaisar Akihito masih tetap memusatkan pemujaan terhadap dewa tersebut.

REFERENSI
Oo no Yasumaro, 1984. Koojiki. Tokyo: Kabushikigaisha Kodansha
Sugihara Yasuo, 1995. Kenpoo no Tokuhon. Tokyo: Iwanami Shoten
Takano Toshisiko, 1989. Kinsee Nihon no Kokka Kenryoku to Shuukyoo. Tokyo:
Tokyo Daigaku Shuppansha
Ujitami Tsutomu, 1988. Nihon Shoki. Tokyo: Kabushikigaisha Kodansha
Yamamoto Mineaki, 1990. Tennoo no Nihonshi (I). Tokyo: Koofuu Shuppan
Yamamoto Mineaki, 1990. Tennoo no Nihonshi (II). Tokyo: Koofuu Shuppan
Yoshida Atsuhiko, 1990. Nihon no Shinwa. Tokyo: Seedosha


MITOS ASAL USUL BANGSA JEPANG
(bagian 2)

Izanagi-no-mikoto yang merasa dirinya kotor dan tidak suci karena telah kena hawa maut di Yomi-no-kuni, lalu melakukan penyucian diri yang dimaksudkan untuk membebaskan diri dari roh jahat. Pada waktu menyucikan diri, tiap bagian pakaian yang dilepaskan Izanagi-no-mikoto menjelma menjadi dewa-dewa yang berjumlah 12 dewa. Pada waktu Izanagi-no-mikoto menyelam ke dasar air, menjelma menjadi 2 dewa. Selanjutnya waktu Izanagi-no-mikoto berenang di permukaan air pun menjelma menjadi 2 dewa. Selain itu pada waktu menyucikan diri, dari mata kiri Izanagi-no-mikoto menjelma menjadi dewa Ama-terasu-oo-mi-kami yang akhirnya dikenal sebagai dewa matahari, nenek moyang kaisar Jepang. Dari mata kanan Izanagi-no-mikoto menjelma Tsuku-yomi-no-mikoto dan dari hidungnya menjelma Take-haya-susa-no-wo-no-mikoto.
Ketiga dewa yang terakhir ini dianggap sebagai anak Izanagi-no-mikoto yang paling mulia karena terjadi saat Izanagi-no-mikoto melakukan penyucian diri. Kemudian Izanagi-no-mikoto mempercayakan tugas pada mereka, yaitu Amaterasu-oo-mi-kami diberi tugas untuk memerintah Taka-ma-no-hara (dunia suci tempat tinggal para dewa langit) sebagai dewa matahari, Tsuku-yomi-no-no-mikoto memerintah dunia malam sebagai dewa bulan, Take-haya-susa-no-wo-no-mikoto memerintah samudera.
Di antara keturunan dewa Ama-terasu-oo-mi-kami terdapat dewa yang bernama Masa-katsu-a-katsu-kachi-haya-hi-ame-no-oshi-ho-mimi-no-mikoto. Dewa ini dipercaya Ama-terasu-oo-mi-kami untuk memerintah daratan bumi. Kemudian Masa-katsu-a-katsu-kachi-haya-hi-ame-no-oshi-ho-mimi-no-mikoto memerintahkan keturunannya yang bernama Ame-nikishi-kuni-nikishi-ama-tsuhiko-hiko-ho-no-ninigi-no-mikoto untuk turun ke bumi. Dewa inilah yang kemudian dianggap sebagai nenek moyang kaisar Jepang, penguasa negara dan bangsa Jepang. Dewa ini lebih dikenal dengan nama Ninigi-no-mikoto. Kemudian Ama-terasu-oo-mi-kami memberikan cermin pada Ninigi-no-mikoto sebagai perlengkapan untuk memuja Ama-terasu-oo-mi-kami sebagaimana layaknya memuja kehadiran Ama-terasu-oo-mi-kami yang sebenarnya.
Dalam Kojiki juga disebutkan silsilah keturunan Ninigi-no-mikoto yang merupakan garis keturunan kaisar Jepang sebagai berikut:
Ninigi-no-mikoto menikah dengan Kama-ata-tsu-hime dan Ho-ori-no-mikoto menikah denganToyo-tama-bime dan menghasilkan keturunan Ama-tsu-hiko-hiko-nagisa-take-u-kaya-fuki-ahezu-no-mikoto. Ama-tsu-hiko-hiko-nagisa-take-u-kaya-fuki-ahezu-no-mikoto menikah dengan Tama-yori-bime. Mereka mempunyai 4 anak, satu diantaranya adalah Waka-mi-ke-nu-no-mikoto/ Kamu-yamato-ihare-biko-no-mikoto atau lebih dikenal sebagai kaisar Jinmu (Jinmu Tenno).

Kaisar Jinmu menikah dengan Ahira-hime dan mempunyai anak Tagishi-mimi-no-mikoto dan Kisu-mimi-no-mikoto

Kaisar Jinmu juga menikah dengan Isuke-yori-hime dan mempunyai anak:

a. Hiko-ya-i-no-mikoto
b. Kamu-ya-i-mimi-no-mikoto
c. Kamu-nuna-kaha-mimi-no- mikoto
(kaisar suizee)
Kamu-nuna-kaha-mimi-no-mikoto menikah dengan Kaha-mata-hime dan mempunyai anak shiki-tsu-hiko-tama-demi-no-mikoto. shiki-tsu-hiko-tama-demi-no-mikoto menikah dengan Akuto-hime dan memiliki anak Oho-yamato-hiko-sukki-tomo-no-mikoto. Oho-yamato-hiko-sukki-tomo-no-mikoto menikah dengan Ihi-hi-hime-no-mikoto dan mempunyai anak Mimatsu-hiko-kaeshi-ne-no-mikoto. Mimatsu-hiko-kaeshi-ne-no-mikoto menikah dengan Yoso-taho-bime-no-mikoto dan mempunyai anak Oho-yamato-tarashi-hiko-kuni-oshi- hito-no-mikoto. Oho-yamato-tarashi-hiko-kuni-oshi- hito-no-mikoto menikah dengan Oshika-hime-no-mikoto dan mempunyai anak Oho-yamato-neko-hiko-kuni-futo-ni- no-mikoto. Oho-yamato-neko-hiko-kuni-futo-ni- no-mikoto menikah dengan Kuhashi-hime-no-mikoto dan mempunyai anak Oho-yamato-neko-hiko-kuni-kuru-no- mikoto .Oho-yamato-neko-hiko-kuni-kuru-no- mikoto menikah dengan Utsu-shiko-me-no-mikoto dan mempunyai anak Waka-yamato-neko-hiko-oho-bibi-no-mikoto. Waka-yamato-neko-hiko-oho-bibi-no-mikoto menikah dengan Ikaga-shiko-me-no-mikoto dan mempunyai anak Mimaki-iri-hiko-ini-e-no-mikoto. Mimaki-iri-hiko-ini-e-no-mikoto menikah dengan Mimatsu-hime-no-mikoto dan mempunyai anak Ikume-iri-hiko-isachi-no-mikoto. Ikume-iri-hiko-isachi-no-mikoto menikah dengan Hibashi-hime-no-mikoto dan mempunyai anak Oho-tarashi-hiko-oshiro-wake-no-mikoto. Oho-tarashi-hiko-oshiro-wake-no-mikoto menikah dengan Inabi-no-oho-iratsume dan mempunyai anak O-usu-no-mikoto/Yamato-takeru-no-mikoto. O-usu-no-mikoto/Yamato-takeru-no-mikoto menikah dengan Futaji-no-iri-hime-no-mikoto dan mempunyai anak Tarashi-naka-tsu-hiko-no-mikoto. Tarashi-naka-tsu-hiko-no-mikoto menikah dengan Okinaga-tarashi-hime-no-mikoto dan mempunyai anak Oho-tomo-wake-no-mikoo/Homuda-wake- no-mikoto. Oho-tomo-wake-no-mikoo/Homuda-wake- no-mikoto menikah dengan Miya-nushi-ya-kaha-e-hime dan mempunyai anak Uji-no-waki--iratsuko.
Uji-no-waki—iratsuko
dipercaya untuk memikul garis keturunan dewa matahari. Tetapi ia meninggal tanpa punya istri dan keturunan. Setelah Uji-no-waki—iratsuko wafat, kemudian digantikan oleh Oho-sazaki-no-mikoto (putra dari Homuda-wake-no-mikoto dengan Naka-tsu-hime-no-mikoto) yang dikenal dengan nama Kaisar Nintoku.
Kaisar Nintoku menikah dengan Iha-no-hime-no-mikoto dan mempunyai anak:
a. Iza-ho-wake-no-mikoto (kaisar Richuu)
b. Tajihi-no-mizu-ha-wake-no-mikoto (
Kaisar Hanzee)
c. O-asatsuma-wakugo-no-sukune-no-mikoto (
Kaisar Ingyoo)
Kaisar Ingyoo kemudian menikah dengan Osaka-no-oho-naka-tsu-hime-no-mikoto dan memiliki anak bernama Oho-hatsune-no-mikoto(kaisar Yuuryaku). Kaisar Yuuryaku menikah dengan Kara-hime dan memiliki anak bernama Shira-ka-no-oho-yamato-neko-no-mikoto. Shira-ka-no-oho-yamato-neko-no-mikoto tidak mempunyai istri dan anak. Karena itu, sebagai penerus ia menunjuk Oke-no-iha-su-wake-no-mikoto untuk memerintah kerajaan. Oke-no-iha-su-wake-no-mikoto adalah cucu dari Iza-ho-wake-no-mikoto. Kemudian Oke-no-iha-su-wake-no-mikoto menikah dengan Nahiha-no-mikoto.Namun mereka tidak dikaruniai anak. (bersambung)

Tulisan ini merupakan karya dari Sri Oemiati, dosen sastra Jepang Universitas Dian Nuswantoro Semarang

MITOS ASAL USUL BANGSA JEPANG
(bagian 1)
PENDAHULUAN
Jepang merupakan negara kepulauan yang diperintah oleh seorang kaisar secara turun temurun. Meskipun dalam urusan pemerintahan ditangani oleh seorang Perdana Menteri, namun kaisar tetap dianggap sebagai penguasa tertinggi bangsa Jepang. Menurut mitos kaisar Jepang yang berkuasa hingga sekarang merupakan keturunan dewa matahari Ama-terasu-oo-mi-kami, maka segala pemujaan yang dilakukan oleh kaisar Jepang berkaitan dengan kepercayaan mereka yaitu Shintoo, dipusatkan pada dewa matahari Ama-terasu-oo-mi-kami (tentang Shintoo akan dipaparkan pada edisi berikutnya). Pemujaan terhadap dewa matahari Ama-terasu-oo-mi-kami ini bukan hanya dilakukan oleh keluarga kekaisaran saja, namun juga oleh seluruh bangsa Jepang.
Mitos bahwa kaisar Jepang merupakan keturunan dewa matahari Ama-terasu-oo-mi-kami itu terdapat dalam Kojiki yang mengemukakan cerita-cerita tentang penjadian alam dan para dewa. Mitos asal-usul terjadinya negara Jepang, silsilah dewa dan silsilah keluarga kaisar inilah yang akan saya tulis dalam paparan singkat ini.

PEMBAHASAN
Pada waktu terjadinya surga dan bumi, terdapat 3 dewa tunggal (dewa yang tidak mempunyai pasangan) yang dianggap sebagai dewa permulaan. Ada pun ketiga dewa tersebut adalah:
a. Ame-no-minaka-nushi-no-kami
b. Taka-mi-musuhi-no-kami
c. Kamu-musuhi-no-kami
Kemudian saat daratan yang masih baru menyerupai gumpalan minyak dan bertimbun menyerupai ubur-ubur, daratan ini mempunyai energi yang sangat besar. Dari energi tersebut menjelma dua dewa tunggal, yaitu:
a. Umashi-ashi-kabi-hiko-ji-no-kami
b. Ame-no-toko-tachi-no-kami
Setelah itu muncul 7 generasi dewa, yaitu:
a. Kuni-no-toko-tachi-no-kami
b. Toyo-kumo-no-no-kami
c. U-hiji-ni-no-kami dan istrinya Su-hiji-ni-no-kami
d. Tsuno-guhi-no-kami dan istrinya Iku-guhi-no-kami
e. Oho-to-no-ji-no-kami dan istrinya Oho-to-no-be-no-kami
f. Omo-daru-no-kami dan istrinya Aya-kasiko-ne-no-kami
g. Izanagi-no-kami dan istrinya Izanami-no-kami
Izanagi-no-kami
dan Izanami-no-kami yang lebih dikenal dengan nama Izanagi-no-mikoto dan Izanami-no-mikoto inilah yang kemudian melahirkan keturunan-keturunan yang menjadi nenek moyang kaisar Jepang.
Dewa-dewa surga kemudian memerintahkan Izanagi-no-mikoto dan Izanami-no-mikoto untuk menyempurnakan dan menjadikan keras penumpukan daratan yang masih menyerupai ubur-ubur. Sebagai alat untuk melaksanakan tugas mereka, maka dewa-dewa surga memberikan sebuah tombak pada Izanagi-no-mikoto dan Izanami-no-mikoto. Sebelum turun dari surga, Izanagi-no-mikoto dan Izanami-no-mikoto berdiri di jembatan gantung surga dan mengaduk-aduk daratan dengan tombak yang mereka terima dari dewa-dewa surga. Pada waktu mereka mengangkat tombak itu, dari ujung tombak menetes cairan. Semakin lama cairan yang menetes tersebut semakin banyak dan bertumpuk. Akhirnya tumpukan cairan itu menjadi suatu pulau yang disebut Onogoro shima.
Kemudian Izanagi-no-mikoto dan Izanami-no-mikoto turun ke Onogoro shima dan mendirikan sebuah pilar yang besar serta sebuah istana yang luas. Di pulau ini keduanya bermaksud untuk menciptakan kelahiran. Lalu Izanagi-no-mikoto dan Izanami-no-mikoto sepakat untuk menikah dan berjalan mengelilingi pilar besar itu. Maka mulailah mereka mengelilingi pilar tersebut. Izanagi-no-mikoto berjalan memutar dari kiri ke kanan. Sedangkan Izanami-no-mikoto berjalan memutar dari arah yang berlawanan, yaitu dari kanan ke kiri. Pada waktu keduanya bertemu Izanami-no-mikoto terlebih dahulu berseru memuji ketampanan Izanagi-no-mikoto. Setelah itu barulah Izanagi-no-mikoto yang berseru memuji kecantikan Izanami-no-mikoto. Dari pernikahan Izanagi-no-mikoto dan Izanami-no-mikoto ini lahirlah seorang anak yang cacat, tidak bisa berjalan. Izanagi-no-mikoto dan Izanami-no-mikoto kemudian menghanyutkan anak yang cacat tersebut karena dianggap tidak baik. Kemudian Izanami-no-mikoto melahirkan sebuah pulau yang disebut Awa-shima. Meskipun terjadi dari pernikahan Izanagi-no-mikoto dan Izanami-no-mikoto anak yang dilahirkan cacat dan Awa-shima ini tidak diperhitungkan sebagai anak mereka karena dianggap tidak sempurna. Maka kemudian Izanagi-no-mikoto dan Izanami-no-mikoto kembali ke surga dan melaporkan hal tersebut kepada dewa-dewa surga.
Kemudian para dewa surga memberi petunjuk pada keduanya supaya laki-laki dahulu yang menyapa perempuan. Izanagi-no-mikoto dan Izanami-no-mikoto lalu kembali ke Onogoro shima dan berusaha melaksanakan petunjuk dari dewa-dewa surga. Izanagi-no-mikoto berjalan memutar dari kiri ke kanan dan Izanami-no-mikoto dari kanan ke kiri. Pada waktu bertemu Izanagi-no-mikoto menyapa terlebih dahulu. Setelah itu disusul Izanami-no-mikoto yang menyapa. Pertemuan mereka ini menghasilkan sebuah pulau yaitu Awaji-no-ho-no-sa-wake-no-shima. Pulau ini mulai diperhitungkan sebagai anak Izanagi-no-mikoto dan Izanami-no-mikoto.
Setelah menghasilkan pulau ini, berturut-turut Izanagi-no-mikoto dan Izanami-no-mikoto menghasilkan pulau-pulau lain yang dianggap sebagai keturunan mereka sebanyak 14 pulau, antara lain:
- Iyo-no-futa-na-no-shima
- Oo-yamato-toyo-aki-zu-shima
- Azuki-shima
Setelah menghasilkan pulau-pulau tersebut, barulah Izanami-no-mikoto melahirkan dewa-dewa. Sebelum Izanami-no-mikoto meninggal, ia telah melahirkan sebanyak 35 dewa. Dewa terakhir yang dilahirkan oleh Izanami-no-mikoto adalah Hi-no-kagu-tsuchi-no-kami (dewa api). Setelah melahirkan dewa ini alat kelamin Izanami-no-mikoto terbakar sehingga jatuh sakit. Akhirnya Izanami-no-mikoto meninggal dunia. Karena dianggap sebagai penyebab kematian Izanami-no-mikoto, maka Izanagi-no-mikoto memenggal kepala Hi-no-kagu-tsuchi-no-kami. Tetesan darah yang ada di ujung pedang kemudian menjelma menjadi dewa-dewa yang berjumlah 8 dewa. Bagian tubuh Hi-no-kagu-tsuchi-no-kami yang telah mati juga menjelma menjadi dewa-dewa sebanyak 8 dewa. Setelah itu Izanagi-no-mikoto menyusul istrinya ke Yomi-no-kuni yang merupakan tempat orang-orang yang telah mati. Akan tetapi saat ia melihat bagian tubuh istrinya yang banyak dimakan belatung-belatung, Izanagi-no-mikoto ketakutan, dan melarikan diri. (bersambung)
Tulisan ini merupakan karya dari Sri Oemiati, dosen sastra Jepang Universitas Dian Nuswantoro Semarang